Wednesday, February 17, 2010

Orang Fasik Menjadi Kekasih ALLAH

Di kalangan Bani Israil ada lelaki fasik (gemar melakukan dosa) yang tidak pernah berhenti dari kejahatannya, sampai-sampai penduduk sekitarnya menjadi resah, dan satupun tidak ada yang berani melerai. Semua penduduk hanya bisa berdo'a kepada ALLAH agar ia disadarkan. Sehingga akhirnya ALLAH menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as., yang memberitakan bahwa di kalangan Bani Israil ada lelaki fasik. Firman ALLAH : "Engkau harus mengusir pemuda itu agar tidak menimpa ke penduduk sekitar."

Nabi Musa as. pun mengusir pemuda itu. Namun si pemuda tetap berpindah-pindah desa dengan menyebar-nyebarkan kemunkaran. Dan sekali lagi ALLAH mengeluarkan perintah kepada Nabi Musa as. untuk mengusir pemuda itu lagi. Dan Nabi Musa as. pun mengusirnya ke arah padang pasir.


Disana tidak dijumpai satupun makhluk, tumbuh-tumbuhan ataupun hewan. Bahkan keluarganya pun jauh dari sisinya. Sampai akhirnya ia jatuh sakit keras. Dia terjatuh dan kepalanya tersungkur di pasir. Dia merintih :
"Andai ibuku ada di sisi kepalaku, ia pasti merasa kasihan dan menangisi aku. Andai ayahku disini, ia pasti membantu menguruskan masalahku. Andai istriku disini juga, ia pasti menangisi kepergianku. Dan andai anak-anakku disini pula, ia pasti menangis di belakang jenazahku sambil berdo'a : "Ya ALLAH, ampunilah ayahku si pengembara yang tak berdaya, yang durhaka, yang fasik dan yang terbuang dari negaranya, dari desa ke desa, dan sampai terasingkan pada padang yang luas. Dari sini ia keluar dari dunia menuju akhirat dengan memutuskan segalanya."

Dia juga merintih dalam hatinya :
"Ya ALLAH, engkau telah memisahkan aku dari kedua orang tuaku, anak-anakku dan istriku. Namun janganlah Engkau putuskan Rahmat-Mu dariku. Engkau sudah membakar hatiku lantaran berpisah dengan mereka, namun janganlah Engkau bakar diriku dengan api Neraka-Mu karena kedurhakaanku."

Maka saat itu pun ALLAH mengutus para bidadari yang bisa menyerupai ayah dan ibunya, istrinya, serta anak-anaknya. Mereka semua duduk disamping pemuda tersebut sambil menangis.

Pemuda itu merintih :
"Inikah ayah dan ibuku, istriku serta anak-anakku sudah datang ?"

Hatinya langsung gembira . Ia bisa menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan suci dan terampuni.

Kemudian ALLAH Ta'aala menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as. :
"Pergilah ke padang pasir ini dan tempat ini, sebab disana telah wafat seorang wali (Kekasih ALLAH) dari sekian WaliyullooHh. Hadirlah ke sana, dan urus segala keperluannya."

Ketika Nabi Musa as. sampai disana, ia terhenyak dan melihat seorang pemuda yang dimaksud wali adalah pemuda yang dulu pernah terusir dari negaranya dengan perintah ALLAH jua. Nabi Musa as. melihat sekitar jenazah pemuda itu ada beberapa bidadari.

Nabi Musa as. berkata :
"Wahai ALLAH, bukankah pemuda ini pernah terusir dari negerinya atas perintah-Mu ?"

ALLAH berfirman :
"Ini adalah Rahmat-Ku, dan Pengampunan dari-Ku lantaran rintihannya di padang pasir yang luas ini, juga lantaran berpisahnya dengan tanah negerinya, berpisah dengan orang tuanya, istri dan anak-anaknya. Lalu Aku mengutus beberapa bidadari untuk menyerupai semua keluarganya. Dan mereka semua (bidadari) ternyata iba melihat dia ditempat yang terpencil ini. Sebab ketahuilah, bila seseorang mati ditempat yang terpencil, maka semua penghuni langit dan bumi menangis merasa kasihan pada dia. Lantas Aku, Aku adalah Dzat yang selalu menyayangi melebihi sayangnya mereka, apakah tidak seharusnya Aku mengasihi ia pula. ?"
Ketika semua orang terpencil dan jauh dari keluarganya, mengalami nazak (proses tercabutnya nyawa), amak ALLAH Ta'aala mengeluarkan firman-Nya :
"Wahai para malaikat-Ku, orang ini seorang musafir yang terpencil, yang meninggalkan anak-anaknya, keluarganya, kedua orang tuanya. Bilamana ia mati kesusahan, amak satupun tak ada yang menangisi atau mengasihani."

Lalu ALLAH menjadikan dari para malaikat dan bidadari, ada yang menyerupai bentuk ayahnya, ibunya, istrinya serta anak-anaknya atau pula menyerupai salah satu dari keluarganya. Mereka menghampiri orang tersebut lantas membuka matanya, sehingga ia (seolah-olah) melihat kedua orang tuanya, istri dan anak-anaknya, sehingga hatinya merasa riang, dan nyawa itupun bisa keluar dalam keadaan bahagia dan gembira.

Bila jenazah mulai diantar ke kuburan, para malaikat itupun ikut mengiringi dan mendo'akan sampai kelak datang hari kiamat. Yang demikian ini sesuai Firman ALLAH Ta'aala :
"ALLAH adalah Dzat Yang Maha Santun terhadap hamba-hamba-Nya..."
 (Q.S. Asy Syuura' [42] : 19)

Kata Ibnu 'Atho' :
"Sangat jelas nampak kepura-puraan seorang hamba ketika ia memperoleh bencana atau memperoleh kesenangan.  Barangsiapa yang bersyukur pada saat ada kemenangan, atau susah ketika ada bencana, maka sesungguhnya ia bohong."
Andaikan ilmu pengetahuan dimilki oleh seseorang yang pandai, kemudian ada seorang lain yang sangat membutuhkan ajarannya dan mendatanginya dengan menyampaikan semua kesedihannya, amak ilmu dan perbuatan yang dimiliki tidak akan bermanfaat untuk melebur kesedihan itu. Hal ini sesuai dengan Hadits Qudsi, ALLAH Ta'aala berfirman :
"Barangsiapa yang tidak Ridlo dengan Keputusan-Ku (Qodlo') atau tidak bersyukur atas Pemberian-Ku, maka cari saja Tuhan selain Aku. !"

Wahib bin Munabi ra. bercerita :
"Ada seorang Nabi yang mengabdi kepada ALLAH selama 50 tahun. Kemudian ALLAH memberi wahyu padanya : "Aku sudah mengampunimu."

Nabi itu pun berkata :
"Wahai Tuhan, kenapa Engkau mengampuniku, sedangkan aku tidak pernah berbuat dosa sedkitipun."

ALLAH langsung memerintahkan urat nadinya untuk meninggikan frekuensi denyutannya, sehingga Nabi tersebut suli untuk tidur. Sampai akhirnya datang malaikat pagi, dan si Nabi pun mengadukan hal ini padanya. Dan malaikat langsung menjawab :
"Tuhanmu berfirman kepadamu, bahwa ibadahmu 50 tahun, belum bisa menyetarakan (adil) dengan sakit di lehermu."

Nabi itupun merasa sangat menyesal dan segera bertaubat kepada ALLAH SWT.