Thursday, March 11, 2010

Akhlak terhadap ALLAH

Akhlak terhadap ALLAH adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada ilah (Tuhan, yang didahulukan) melainkan ALLAH.
ALLAH memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.

Maha Suci Engkau --Wahai ALLAH-- kami tidak mampu memuji-Mu; Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu, demikian ucapan para malaikat.
Itulah sebabnya mengapa Al-Quran mengajarkan kepada manusia untuk memuji-Nya, Wa qul al-hamdulillah (Katakanlah "Al-hamdulillaaHh"). Dalam Al-Quran surat An-Naml (27): 93, secara tegas dinyatakan-Nya bahwa :
Dan katakanlah, "Segala puji bagi ALLAH, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS.An-Naml (27): 93)
Mahasuci ALLAH dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba ALLAH yang terpilih (QS Ash-Shaffat [37]: 159-160).


Teramati bahwa semua makhluk selalu menyertakan pujian mereka kepada ALLAH dengan menyucikan-Nya dari segala kekurangan.

Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka (QS Asy-Syura [42]: 5).

Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya (QS Ar-Ra'd [13]: 13).

Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan ALLAH) sambil memuji-Nya (QS Al-Isra' [17]: 44).

Semua itu menunjukkan bahwa makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian ALLAH SWT Itu sebabnya mereka --sebelum memuji-Nya-- bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-Nya. Jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan kebesaran-Nya. Bertitik tolak dari uraian mengenai kesempurnaan ALLAH, tidak heran kalau Al-Quran memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena segala yang bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan sempurna.

(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah ALLAH sebagai wakil (pelindung). (QS. Al-Muzzammil (73): 9)
ALLAH mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (QS Al-Baqarah: 216).
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari ALLAH, dan apa saja bencana yang menimpamu, itu dan (kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa' [4]: 79).
Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai, dan bukan (jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah [1]: 7).

Di sini, petunjuk jalan menuju kebaikan dinyatakan bersumber dari ALLAH yang memberi nikmat.

Sumber :
http://al-quran.bahagia.us/_q.php?_q=sihab&dft=&dfa=&dfi=&dfq=1&u2=&ui=1&nba=14#5